Sarah r.a. adalah istri seorang nabi dan rasul, ibu dari seorang nabi, nenek dari seorang nabi, serta ibu dari nenek seorang nabi. Kepadanya berakhir garis keturunan sepuluh orang nabi. Selain itu, ia juga tetangga dari ibu seorang nabi.

Sebagian ulama berpendapat bahwa Sarah r.a. adalah seorang nabi (Al-Bidâyah wa Al-Nihâyah, jil. 1, h. 141). Diriwayatkan dari Yusuf ibn Abi Ishaq dari bapaknya, bahwa Fathimah r.a. berkata, “Demi Allah, wahai Rasulullah! Hidupku tidak berguna bagiku sebelum ayah bertanya kepada Jibril tentang ibuku.” Rasulullah Saw. bertanya kepada Jibril. Kemudian, beliau bersabda, “Ibumu berada di antara Maryam dan Sarah di surga” (HR Ibn Al-Sunni). Keduanya menyampaikan kabar gembira kepadamu tentang surga yang sangat luas. Kecantikan ibumu setengah dari kecantikan Hawa’, yakni kecantikan yang asli dan hakiki.

Disebut istri dari seorang nabi dan rasul, karena Sarah r.a. adalah istri dari nabi dan rasul Allah. Ia adalah istri Nabi Ibrahim yang memperoleh gelar ulul-‘azmi (amat tabah dalam menghadapi ujian), manusia kedua yang paling utama di antara seluruh makhluk-Nya, bapak para nabi, dan kekasih Allah Yang Maha Pengasih.

Disebut ibu dari seorang nabi, karena Sarah r.a. adalah ibunda Nabi Ishaq a.s. Disebut nenek dari seorang nabi, karena ia adalah nenek Nabi Ya‘qub a.s. Disebut ibu dari nenek seorang nabi, karena ia adalah ibunda nenek Nabi Yusuf a.s. Dan, disebut pendamping ibu seorang nabi, karena ia adalah pendamping Hajar, ibunda Nabi Isma‘il a.s.

Dikatakan juga bahwa kepadanya berakhir garis keturunan (nasab) para nabi Bani Israil dari pihak ibu, yaitu Musa a.s., Harun a.s., Daud a.s., Sulaiman a.s., Zakariya a.s., Yahya a.s., ‘Uzair, Armiya a.s., ‘Isa a.s., dan lain-lain.

Nabi Ibrahim a.s. dan Nabi Luth a.s. pergi ke Syam dan bertemu dengan Sarah, anak perempuan dari paman Ibrahim yang bernama Harun dari garis keturunan Harran. Ibrahim kemudian menikahinya dan ia sangat mencintainya, baik karena agamanya, kekerabatannya, maupun kecantikannya. Ada yang berpendapat bahwa sejak Hawa’ hingga masanya, tidak ada seorang perempuan pun yang lebih cantik daripada dia.

Tentang perjalanan hidup Sarah r.a. yang mulia, saya hanya menemukan dua hal, yaitu pertama, keadaan ketika ia menerima cobaan dan ujian, dan kedua, keadaan ketika doanya diterima dan dikabulkan.

Keadaan pertama terjadi ketika Sarah r.a. berhijrah bersama suaminya, Nabi Ibrahim a.s., ke Mesir. Saat itu, Mesir dipimpin ‘Amr ibn Imri’ Al-Qais ibn Mayilun, seorang raja yang kafir, kejam,dan senang berbuat kemaksiatan. ‘Amra dalah raja dan penguasa yang zalim. Setiap kali mengetahui ada se-orang perempuan cantik, ‘Amr selalu ingin menikahinya. Jika perempuan itu sudah bersuami, ia akan memaksa suaminya agar menceraikannya. Jika perempuan itu belum bersuami, ia akan memaksa saudara-saudaranya agar merelakan dan menyerahkannya kepadanya.

Dalam hadis sahih, Rasulullah Saw. bersabda, “Nabi Ibrahim a.s. tidak pernah berbohong kecuali dalam tiga hal, yaitu pertama, ketika dia dipanggil untuk menghadap tuhan-tuhan kaumnya yang kafir, dia berkata,‘Sesungguhnya aku sakit’ (QS Al-Shâffât[37]:89); kedua, ketika Ibrahim berkata, ‘Sebenarnya patung yang besar itulah yang melakukannya. Tanyakanlah kepada berhala itu, jika mereka dapat berbicara’ (QS Al-Anbiyâ’ [21]: 63); dan ketiga, ketika berbicara tentang Sarah, dia berkata, ‘Ia adalah saudara perempuanku.’”

“Di Mesir, Nabi Ibrahim memasuki sebuah perkampungan, dan raja itu tinggal di sana. Lalu dilaporkan kepada raja bahwa pada hari itu, Nabi Ibrahim membawa seorang perempuan yang sangat cantik. Karena itu, raja mengirim utusan untuk menemui Nabi Ibrahim. Utusan itu bertanya, ‘Siapakah perempuan yang ada bersamamu?’ Nabi Ibrahim menjawab, ‘Ia adalah saudara perempuanku.’ Utusan itu berkata, ‘Suruhlah saudara perempuanmu agar menghadap raja!’ Nabi Ibrahim mengutus Sarah agar menemui sang raja. Ia berkata, ‘Janganlah mengingkari ucapanku, karena aku telah memberitahukan kepadanya bahwa engkau adalah saudara perempuanku. Ketahuilah, di muka bumi ini, hanya aku dan kamu yang beriman.’”

“Ketika Sarah memasuki istana, raja segera bangkit untuk mendekatinya. Sebelum raja menyentuhnya, Sarah mengajukan permohonan agar dia diizinkan berwudhu dan mendirikan shalat. Setelah shalat, ia berdoa, ‘Ya Allah, sungguh Engkau mengetahui bahwa aku beriman kepada-Mu dan utus-an-Mu, dan aku senantiasa menjaga kemaluanku, kecuali kepada suamiku. Karena itu, janganlah Engkau kuasakan diriku kepadaorangkafir!’Berkatdoaitu,keduatanganrajapunlumpuh, sehingga ia hanya bisa menggerakkan kakinya. Raja berkata, ‘Berdoalah kepada Tuhanmu agar Dia menyembuhkan tanganku, dan aku tidak akan mengganggumu.’ Sarah pun berdoa dan memohon kepada Allah Swt., dan Dia menyembuhkan tangan raja. Namun, raja itu mengingkari ucapannya, dan ia hendak menyentuh tubuh Sarah lagi. Sarah pun berdoa lagi, sehingga Allah menimpakan hukuman yang sama kepada raja, bahkan lebih parah. Lalu raja berkata, ‘Berdoalah kepada Tuhanmu agar Dia menyembuhkan tanganku, dan aku tidak akan mengganggumu. Sarah pun berdoa dan memohon kepada Allah Swt., dan Dia pun menyembuhkan tangan raja. Namun, raja mengingkari lagi ucapannya. Sarah pun berdoa lagi seperti tadi, sehingga Allah menimpakan hukuman yang sama kepada raja, bahkan lebih parah daripada sebelumnya.

Demikianlah, hal itu terjadi berulang-ulang hingga tiga atau empat kali. Akhirnya, raja berkata, ‘Kalian hanya membawa setan kepadaku. Kembalikanlah dia kepada Ibrahim dan berikanlah Hajar kepadanya.’ Sarah pun pulang. Sesampai di rumah, ia berkata kepada Ibrahim, ‘Tahukah kamu, bahwa Allah Swt.menolak tipudaya orang kafir dan memberikan seorang perempuan untuk menjadi pelayan?’” (HR Al-Bukhari).

[Kebohongan yang dilakukan Ibrahim dalam hadis tersebut adalah dalam pengertian etimologis. Maksudnya, Ibrahim memberikan berita yang tidak sesuai dengan fakta dengan tujuan untuk menolak kerusakan yang lebih besar atau demi melakukan kebaikan yang lebih besar. Jadi, kebohongan yang dimaksud di sini adalah sindiran. Hal ini didasarkan pada riwayat lain yang sahih, “Semua itu dilakukan Nabi Ibrahim karena Allah Swt.” Perkataannya, Sesungguhnya aku sakit, adalah sindiran bagi orang yang menyembah selain Allah. Dalam pandangan Ibrahim, penyembah selain Allah adalah orang sakit. Perkataannya, sebenarnya patung yang besar itulah yang melakukannya. Tanyakanlah kepada berhala itu jika mereka dapat berbicara merupakan bentuk perlawanan terhadap kebohongan-kebohongan mereka. Sedangkan perkataannya “kamu adalah saudara perempuanku,” adalah penegasan bahwa Sarah itu saudara perempuan Ibrahim seagama dan seiman. Sebab, pada saat itu tidak ada pasangan suami istri yang beriman kepada Allah Swt. selain mereka berdua.]

Keadaan ini menunjukkan kebenaran keimanan Sarah dan kepasrahannya kepada Tuhan yang mendengar suara rangkakan semut hitam di atas batu hitam di malam yang gelap. Alangkah indah tindakannya ketika berjalan menemui raja, lalu ia berwudhu dan shalat dua rakaat sambil memohon kepada Allah Swt. agar Dia mengabulkan hajatnya dan melindunginya dari tipu daya orang kafir. Karena Sarah bertawakal kepada Allah Swt. dengan sebenar-benarnya, Allah pun memberinya kemuliaan yang tidak ada bandingannya. Ketika pendurhaka itu menjulurkan tangan hendak merusak kehormatan Sarah, Allah menjadikan tangannya lumpuh. Lalu, raja meminta Sarah agar berdoa kepada Allah sehingga Dia menyembuhkan tangannya. Sarah pun berdoa dan Allah mengabulkan doanya dengan menyembuhkan tangan raja. Namun, raja memandang lagi kepada Sarah dan menjulurkan tangannya, lalu Allah pun melumpuhkannya lagi. Demikian seterusnya, hal itu berulang hingga tiga atau empat kali. Akhirnya, raja meninggalkan Sarah dan memberinya Hajar untuk menjadi pelayannya.

Keadaan kedua terjadi setelah Hajar datang dan Ibrahim menikahinya karena sangat merindukan kehadiran seorang anak. Kemudian, Allah Swt. menganugerahkan Isma‘il kepadanya. Saat itu, sebenarnya Sarah juga merindukan seorang anak. Namun, ia merasa bahwa hal itu merupakan sesuatu yang mustahil, karena ia sudah berusia lanjut dan mandul. Demikian pula suaminya yang juga sudah tua dan mandul. Namun, Allah Swt. menunjukkan kekuasaan-Nya, bahwa tidak ada sesuatu pun, baik di langit maupun di bumi, yang bisa menghalangi kehendak- Nya. Dalam keadaan seperti itu, turunlah anugerah Ilahi untuk memuliakan Sarah dengan kehadiran seorang anak.

Allah Swt. mengutus para malaikat-Nya yang terkemuka, yaitu Jibril, Mikail, dan Israfil untuk menyampaikan kabar gembira kepada Sarah bahwa ia akan mendapatkan seorang anak, Ishaq. Dan dari Ishaq, akan lahir Ya‘qub. Namun, bersama kabar gembira ini ada sebuah musibah besar, yaitu kebinasaan umat Nabi Luth secara berturut-turut. Sungguh, dalam hal ini terdapat peringatan. AllahSwt.berfirman:

Dan sesungguhnya utusan-utusan Kami (malaikat-malaikat) telah datang kepada Ibrahim dengan membawa kabar gembira, mereka mengucapkan, “Salâm (selamat).” Ibrahim menjawab, “Salâm.” Tidak lama kemudian, Ibrahim menyuguhkan daging anak sapi yang dipanggang. Tatkala dia melihat tangan mereka tidak menjamahnya, Ibrahim memandang aneh perbuatan mereka, dan merasa takut kepada mereka. Malaikat itu berkata, “Jangan takut, sesungguhnya kami adalah (malaikat-malaikat) yang diutus kepada kaum Luth.” Dan istrinya berdiri (di balik tirai) lalu tersenyum. Maka, kami sampaikan kepadanya berita gembira tentang (kelahiran) Ishaq dan dari Ishaq {akan lahir putranya) Ya‘qub. Istrinya berkata, “Sungguh mengherankan, apakah aku akan melahirkan anak padahal aku adalah seorang perempuan tua, dan suamiku pun dalam keadaan yang sudah tua pula? Sesungguhnya ini benar-benar suatu yang sangat aneh.” Para malaikat itu berkata, “Apakah kamu merasa heran tentang ketetapan Allah? (Itu adalah) rahmat dan keberkatan Allah yang dicurahkan atas kamu, hai ahlul-bait! Sesungguhnya Allah Maha Terpuji dan Maha Pemurah.” (QS Hûd [11]: 69-73)

Demikianlah, semua ini adalah bukti kekuasaan Allah Yang Mahaperkasa dan Mahabijaksana. Tuhan yang tidak ada sesuatu pun yang dapat menghalangi-Nya untuk melaksanakan segala kehendak-Nya. Tuhan yang mengatur segala ketentuan dan tidak ada yang bisa menolak ketentuan-ketentuan dan hikmahhikmah-Nya. Mahasuci Engkau, ya Allah! Tidak ada sesuatu pun yang menguasai-Mu, karena Engkaulah Yang Menguasai segala sesuatu.

Semoga salam sejahtera selalu dilimpahkan kepada ibu para nabi, bapak para nabi, Ishaq, Ya‘qub, dan para rasul yang lain.
Sumber: 10 Wanita Ahli Surga